Thursday, November 1, 2018

The Unforgettable Masa Kecil



Salah satu masa yang aku sesali dan ingin kembali ke masa itu adalah masa kecil. Masa – masa dimana kita belum memikirkan segala kerumitan dan peliknya kehidupan. Menikmati segala yang ada di sekeliling dengan keriangan tanpa gundah yang membuncah. Menyusuri waktu berlalu sembari bercengkerama dengan ibu bapak. Yups...masa – masa yang terkadang membuatku menangis sendiri dan merindukannya. Merindukan pelukan dan kasih sayang Bapak. Merindukan kasih sayang Ibu. Merindukan keharmonisan keluarga. Merasa menjadi bagian keluarga yang utuh. But...that’s the past. It’s already past. It never comes back. I have to move on. Insya Allah Bapak sudah tenang kembali di sisiNya. Ibu juga insya Allah sudah mendapatkan pengganti Bapak yang jauh lebih shalih dan bisa menjadi imam dunia akhirat. Insya Allah. Semoga Allah memberkahi semua orang tuaku. Yesss..karena saya tidak hanya punya satu ayah, namun dua ayah dan satu ibu. 1 ayah biologis, 1 ayah spiritual dan Ibu yang ter”amazing” di dunia ini. Sehat selalu ya ibukuuuuu... :)


Back to the past...well...talking about the past... masa kecil...pastinya tidak jauh dari bermain ya...iya lah. Tidak seperti anak – anak jaman sekarang yang duduk manis dan kemudian sibuk dengan layar gadgetnya masing – masing. Bersebelahan, bersama – sama namun tanpa kata terucap. Semua memiliki dunianya sendiri. Nope, it’s just a nightmare. Masa kecilku benar – benar fabulous dan unforgettable dengan mengesampingkan kenangan – kenangan kehilangan orang – orang yang kucintai semasa kecilku. Weyoo? (korean detected ...wkwkwkwk... eh ini dari wkwkwkw land ya...iya...terus kenapa??? Hahaha) why? Karena aku menghabiskan masa kecil di desa dan hampir tak tersentuh oleh perkembangan teknologi yang berarti. Ndeso dong? Iyaaa lah...ahhahahaha...tapi justru itu, banyak pengalaman yang tidak akan terlupakan. It’s just too sweet to be forgotten. Karena aku berasal dari desa, saking desanya listrik masuk desaku saja tahun 1998, bayangkan...wkwkwkwk...sehingga setiap sore, setiap malam bulan purnama, desaku ruameeeeee anak – anak bermain. Hanya ada 1 – 2 orang di desa yang memiliki TV. Itupun menggunakan Accu alias aki. Kita menonton rame – rame, urunan berapa rupiah, misal 25 atau 50 rupiah ke yang punya TV untuk menyetrum akinya. Haaah...25 atau 50 rupiah??? Tua detected deh...wkwkwkkw... biarin tua tapi kan jiwa dan fisik masih 17 lah ya. Hmmm...hmmm...hmmm...(baca ala Nisa Sabyan), iyaa deh, iyaaa...17++++.


Kita bermain masih begitu tradisional dan main fisik. Apa itu main fisik? Berkelahi? Enggak lah, tapi kita benar – benar bergerak secara fisik. Makanya saya sehat, alhamdulillah masya Allah. Kita bermain sunda manda (kaya engklek), doglem (petak umpet), bentengan, gobak sodor, main karet, main tabur gambar, main kelereng, rumah – rumahan pake tanah, bikin gubuk – gubuk pake selendangnya ibu sampai dimarahin akrena sobek (duh maafkan aku ibuuu), ke sungai besar bermain hanyut – hanyutan (serem yaaa...), nyari batu di sungai untuk dijadikan kerikil yang dijual (crazy poor banget nih), menanam kangkung dan selada air di sungai hingga main pengantin – pengantinan. Ingat banget dulu didandanin pake spidol nih muka. Bayangin eyeliner, lipstik semua pakai spidol. Ngebasuhnya itu loh. Perihhhh jendraaaal...

Setiap kali mengingat masa – masa itu, masya Allah, I feel soooo extra ordinary happy. Dan, kenangan itu membuatku miris dengan kondisi saat ini dimana anak – anak sudah tidak mengalami hal tersebut. Yes, I know, anak – anak milik zamannya. Mereka m=berada di zaman hi-tech. Ini pula yang menyebabkan mereka jarang beraktivitas fisik karena main mereka sebatas main game di gadget. Dunia literasi, membaca, bercerita dengan kawan pun turun drastis karena mereka lebih asyik menonton TV atau you tube di gadget.
Tidak salah sepenuhnya sih mengenalkan mereka gadget, namun kenapa tidak mengenalkan mereka permainan yang melibatkan kita sebagai orang tua untuk melatih fisik mereka, kesehatan mereka sekaligus mempererat kebersamaan dalam keluarga. Bahasa kerennya biar family bondingnya itu kuat gitu loh. Jadi, ya dimulai dari sekarang, dimulai dari diri sendiri, dimulai dari hal yang kecil. Mari alihkan anak – anak ke dunia yang lebih dinamik, tidak hanya sekedar mantengin layar kotak kecil yang sejatinya sejenis racun yang menghancurkan generasi kita.
Sepakat maaak???

MASA LALU BIARLAH BERLALU, JADIKAN IA KENANGAN DAN GURU KEHIDUPAN YANG MENGAJARKAN KITA UNTUK BERSYUKUR DENGAN APAPUN YANG ALLAH SWT ANUGERAHKAN

#wanita&Pena
#Day01
#RumbelLiterasiMedia

No comments:

Post a Comment