KITA SEMUA BISA MENJADI GURU BAHASA INGGRIS BAGI ANAK - ANAK KITA
KETUA RUMBEL ENGLISH CLUB
Laa Yukallifullaahunafsan illaa wus’ahaa . Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya (QS. Al Baqoroh: 286). Ketika diminta untuk membuat pelatihan bahasa Inggris untuk rekan – rekan komunitas Ibu Profesional Semarang, saya langsung jawab: okaih, hayuk diagendakan. Namun, karena saya tidak punya banyak waktu untuk selalu stand by online, sehingga kita membuat kelas offline dulu. Hehe. Luar biasa kan? Biasanya on line dulu baru kopdar/offline, nah ini dibalik. Offline dulu baru online.
Perasaan pertama saat diminta ya ringan – ringan saja karena sudah biasa mengajar. Untuk materi saya ambil dari kurikulum SMP , conversation oriented dan bener – bener dari dasar. Saya pikir semua akan berjalan seperti biasa kalau saya ngajar. Namun, jreng – jreeeeng setelah praktik offline luar biasa. Ternyata banyak halangan, rintangan dan kejutan. Heuheu. Apa saja? Seperti:
1. Biasanya saya mengajar di dalam kelas yang otomatis fokus mahasiswa hanya ke saya,
nah ini saya mengajar di taman, Taman Gajah Mungkur Kota Semarang tepatnya, otomatis outdoor class, perhatian peserta didik, termasuk saya sendiri sering teralihkan oleh orang yang bersliweran, anak yang menangis di ayunan. Dan yang paling keren, di hari pertama kelas kita tamannya pas mau disiram oleh dinas pertamanan, jadi kita beberapa kali boyongan tiker....hahaha...what a beautiful memory. Penyelenggaraan outdoor class ini akhirnya menjadi tantangan tersendiri bagi saya untuk meningkatkan class management skill saya. Nah tuh kan? Jadi, bukan saja ibu-ibu yang belajar. Saya juga nambah ilmu. Learning by doing .
2. Biasanya saya datang ke kelas, semua mahasiswa sudah ready duduk manis di kelas. Siap menerima materi. Naaah, di sini, di komunitas tercinta ini, special segalanya. Saya harus nunggu murid-murid datang...wkwkwkwkwk... jadwal jam 10-12. Jam 11 siswa belum ada yang datang. Terkadang ini membuat sesak di dada. Karena, saya merasa sudah jauh – jauh menuju tempat belajar, sudah meluangkan waktu di jadwal saya yang padat, namun muridnya telat dan sedikit yang datang. Hiks banget. Terkadang ini membuat saya sedih dan kecil hati juga, saya merasa gagal. Saya memiliki keyakinan bila kelas menyenangkan maka siswa akan banyak yang datang dan istiqomah. Namun, saya tetap membesarkan hati bahwa kelas yang saya handle special. Pesertanya ibu – ibu yang punya kesibukan luar biasa dan mereka mungkin niatnya mau berangkat on time namun banyak halangan karena kewajiban jemput anak sekolah, masak, dll. Hehe... jadi saya tetap berusaha positive thinking bahwa ketika para ibu yang sibuk banget dengan segala tetek-bengek rumah tangga namun masih mau meluangkan waktu untuk belajar bahasa Inggris, yang padahal mungkin bagi sebagian orang tidak penting, bagi saya sangat keren. Saya memiliki kelas spesial dengan siswa – siswa orang – orang hebat dan luar biasa.
3. Kelas saya sungguh special. Karena pesertanya ibu-ibu, jadi sering bawa anak- anak...wkwkwkwk... special karena saat mereka harus praktek speaking, mereka malah lari ngejar anaknya. Ada juga yang baru speaking, anaknya teriak-teriak “mamiiii, mamiiii” minta ditemenin ayunan...hahahahah...akhirnya gimana, ya kelas jadi molor, harusnya jam 10-12. Praktiknyajam 11-14 ...heheh.
4. Ibu – ibu dan cemilan. Kalau di kampus ada tulisan, di larang bawa makanan atau minuman di kelas. Ini kelas special, jadi setiap peserta membawa potluck, akhirnya kelas kita bukan sekedar English Club, tapi menjadi English Culinary Club. Sering juga ada ibu yang ultah kita pesen go food, atau pesen di gerobak – gerobak makanan yang dijual di taman. Speaking 1 kalimat, ngemilnya 10 macem...ahahahah. seruuuu banget. Akhirnya belajar dapet sedikit perut kenyang banget. Mudah”an ilmunya tetep masuk lah ya...Aamiin
Itulah sebagian tantangan kelas bahasa Inggris yang saya ampu di rumah belajar English Club komunitas Ibu Profesional Semarang. Setelah curhat sedikit tentang rumbel English Club yang sudah berjalan selama +- 2 bulan ini, saya mau curhat juga tentang kondisi perbahasa inggrisan di Indonesia secara umum. Sebagai mata pelajaran wajib di sekolah, dari tingkat PAUD sampai jenjang perguruan tinggi, pembelajaran bahasa Inggris tampak tidak menunjukkan hasil yang signifikan. Peserta didik di Indonesia sudah belajar bahasa inggris dari usia balita hingga kuliah, minimal mereka sudah belajar bahasa Inggris selama 12 tahun. Namun, hasilnya sepertinya tidak begitu memuaskan. Indikatornya apa? Di kemampuan speaking. Kenapa di speaking, karena kita dianggap menguasai bahasa dengan baik bila bisa menggunakannya secara aktif baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. Pada kenyataannya, banyak orang Indonesia mampu memahami bahasa Inggris dalam reading, listening maupun grammar. Tetapi kemampuan speakingnya sangat rendah. Hal ini disebabkan antara lain karena kurangnya praktek dan minimnya lingkungan berbahasa Inggris. Mereka kebanyakan paham apa yang diucapkan orang, namun tidak mampu membalas dengan baik dalam percakapan. Mampu memahami bacaan, namun saat harus menulis dalam bahasa Inggris tidak mampu menulis dengan baik. Kenapa? Karena kurangnya latihan. Karena tidak terbiasa, karena takut salah, karena malu, dan seterusnya. Bahasa tidak digunakan? Ya, akhirnya hilang. Inilah masalah utama dalam pembelajaran bahasa Inggris yang mayoritas terjadi di sebagian besar masyarakat Indonesia.
Qodarullaah, saya lulusan bahasa Inggris. Lulus dari jurusan sastra inggris dan diamanahi Allah pekerjaan mengajar bahasa Inggris. Keyakinan saya adalah kesuksesan seorang pengajar adalah saat yang diajarinya bisa lebih sukses darinya dan ilmu yang dia ajarkan bermanfaat bagi kehidupannya. Selama ini saya merasa bahwa saya sudah menjalankan amanah bakat dan kemampuan yang Allah anugerahkan pada saya ini dengan benar. Sudah on the track. Namun, seiring waktu saya merasa ada yang tidak beres. Saat saya mengajar dan dapat gaji saya merasa ini sudah bukan menjalankan amanah murni namun juga ada hidden target, entah disadari atau tidak. Saya ingin mengajar murni untuk sharing ilmu seutuhnya, menebar manfaat dan kebaikan. Gaji atau bayaran adalah bonus. Niat ini kadang terkotori oleh bayangan berapa uang yang akan saya dapat, dan sekarang saya membencinya. Saya merasa ketergantungan saya pada Allah jadi berkurang karena sudah membayangkan apa yang akan saya dapat. Jadi mulai dari sekarang saya fokus ke mengajar dan menebar manfaat. Baik itu dibayar atau tidak. Kalau dapat bayaran saya anggap hal itu sebagai bonus dari Allah. Hobby yang berbayar. Insya Allah. Jadi, tracknya sekarang pahala oriented, bukan money oriented.
Hal lain yang menjadi pemikiran saya adalah, sering sekali saya diminta untuk mengajar anak – anak untuk les privat. Baiklah, kalau untuk persiapan UN SMP atau SMA atau mungkin persiapan test TOEFL, IELTS saya masih bisa iya kan, selama ada jadwal yang luang. Namun, bila saya diminta mengajar anak TK atau SD untuk pengenalan bahasa Inggris sehari – hari. Saya merasa, it’s not right. English is not only about grammar. English is a language. Language is about habit. Language is practice. Jadi, saya selalu berusaha meyakinkan para orang tua yang meminta saya untuk les privat bahwa mereka sudah mendapat pengetahuan bahasa Inggris saat mereka sekolah. Sehingga, mereka bisa menjadi guru bahasa inggris di rumah. Ajarkan anak – anak hal yang lebih mereka butuhkan. Ajari mereka number, color, things at home, dan seterusnya dalam percakapan sehari – hari. Jadi, ibu berbicara dengan bahasa Indonesia serta memberitahu istilah bahasa inggrisnya. Jangan hanya stel you tube atau video kemudian anak menonton sendiri. Nanti hasilnya sama saja, anak hanya melihat tanpa bisa praktek. Libatkan anggota keluarga untuk mempraktekkan bahasa yang sudah mereka pelajari. Buatlah lingkungan berbahasa inggris sendiri, mulai dari diri sendiri, mulai dari rumah, mulai dari sekarang.
Oleh karenanya, insya Allah, untuk ke depan, rumbel English Club diorientasikan untuk membentuk, mencetak para ibu – ibu yang sekaligus juga berprofesi menjadi guru bahasa inggris di rumah mereka masing – masing, hingga bisa menjadi guru bahasa inggris di lingkungan tempat tinggal mereka. Ilmunya sudah ada, hanya tinggal menggugah ilmu yang sudah sekian lama dormant tersebut. Dan akhirnya, sebagai ketua rumbel English Club, saya hanya berfungsi sebagai fasilitator, atau bisa disebut juga motivator atau mungkin konsultan saat para ibu menemukan kesulitan.
Lalu, apa yang harus saya lakukan dalam hari – hari terakhir januari 2018 ini? Membuat program kerja dan kurikulum rumbel English Club agar mencapai tujuan yang ingin dicapai. Doakan agar Allah kuatkan dan lancarkan segalanya yaa...
Bismillaahi tawakkaltu ‘Alallaah laa haula wa laa quwwata illaa billahil ‘aliyyul ‘adziim.
#NHW10
#IIPKelasKoordinator
#IbuProfesionalSemarang
#InstitutIbuProfesional
No comments:
Post a Comment